Friday, April 22, 2022

Nyata


 I love being alone, but i hate being lonely. Aku sudah dibiasakan sendiri sejak kecil, malah aku kira diriku ini adalah anak tunggal. Siapa yang patut disalahkan atas pemikiranku saat itu? jawabannya tidak ada. Karena tidak ada yang menduga dipikiran anak kecil akan muncul pikiran seliar itu.

Aku tidak suka keramaian. Saat aku tertekan, maka aku bisa diam sepanjang jalannya keramaian tersebut. Aku bisa digolongkan introvert, tapi aku juga bisa menjadi ekstrovert saat aku mau. Semuanya tergantung situasi.

Beda cerita jika sedang bersama teman dekat, maka aku akan banyak cerita dan ada saja bahan yang bisa kubicarakan. Jika mereka menyadarinya, tadi itu aku sedih dan aku marah. Aku tidak suka lukaku diungkit karena aku tidak mengungkit luka orang lain semudah itu. Aku tidak suka lukaku dibanding-bandingkan karena aku tidak membandingkan luka orang lain. Setiap luka itu berharga. Luka itu tempaan untuk keberhasilan. Menurutmu sepele, tetapi tahukah? aku ingin mati menghadapinya. Kamu tahu? nomor sepatu kita berbeda. Aku sangat berharap untuk dimengerti. Aku butuh progres dan aku tahu kalian juga butuh progres. Tolong sedikit mengerti bahwa duniaku memang benar hancur untuk saat ini karena masalah ini. Aku tidak sedang bercanda. Malah, dipikiranku yang sempit ini ada keinginan menyerah, lalu berhenti.

"Mungkin ini belum waktunya. Tuhan punya jalan dan waktu terbaik."

ini adalah nasehat yang kupegang. Inilah optimis tersembunyi diantara pesimis. you know? untuk bisa kembali berpikir positif setelah diterpa kejadian-kejadian diluar ekspektasi itu tidak mudah. Aku butuh menangis berjam-jam terlebih dahulu, berpikir sendiri, makan sendiri, lalu bisa pikiranku kembali waras.

"Ada nangis sit setelah itu?"

Bukan berniat bohong, tapi aku akan jawab "gak kok.", faktanya aku nangis tengah malam hingga mukaku bengkak. Aku terlalu malas untuk mengakui jika aku menangis, secuprit omong kosong yang kubagikan hanya agar tidak dianggap remeh. Sungguh menyedihkan.

Aku alergi hampir semua makanan, makanya aku tidak suka makanan yang dicampur karena aku tidak tahu apa saja yang sudah dimasukkan ke dalam situ, jadi sulit untuk diidentifikasi. Aku merasa tidak dihargai, jadi aku mohon untuk berjarak. Tidak perlu dicari, cukup instropeksi saja.

Melihat rangkuman nilai yang diberikan, bagai bom yang dilempar ke muka. Sangat mencengangkan. Apalah daya usaha, tak dinilai dengan sesuai. Mengambil materi orang, langsung meluncur mendapatkan yang tertinggi. Sungguh ingin mengomentari, tapi bukan pemegang kekuasaan.

Inilah kenyataan yang perlu dihadapi di waktu ini dan umur segini. Tak perlu sangat, sangat bersedih, sangat senang. Inilah hidup, cukup ikuti aliran yang ada, lalu jadilah maka jadilah.


No comments:

Post a Comment