Monday, April 15, 2024

Dicari


 Pernah nggak sih dapat kiriman pesan yang bunyinya begini,

“Selamat ulang tahun siti, semoga bahagia selalu, sukses selalu, dan selalu mendapatkan keberkahan dan ridha.”

atau, yang begini,

“Selamat hari ulang tahun ya sayangku, semoga tambah sukses dan dewasa dalam segala dan InsyaAllah Allah Swt membuka pintu Rizki yang halal dan tak susah cara dapatin rizki ya. Aamiinn Allahumma Aamiinn.”

atau yang begini

“Selamat hari raya Idul fitri dari saya dan keluarga saya untuk keluarganya siti. Semoga ini menjadi awal yang baru dan semoga Tuhan selalu memberikan keberkahan dan Tuhan meridhai dalam setiap langkah.”

Dulunya, aku merasa clingy dan aneh kalau baca kata-kata yang begitu. Felt weird. 

Sekarang, aku merasa inilah seharusnya doa berbunyi, karena kehidupan ini sangat singkat, kita harusnya mencari keberkahan dan keridhaan dari Tuhan. Berkah dan ridha itu akan menghasilkan kelegaan, kemakmuran, dan kebahagiaan.

Pernah ngga sih di rekening tinggal sedikit saldo, tapi kok nggak habis-habis ya? aku tunjuk tangan. Aku pernah. Ketar-ketir cuy. Sungguh ketar-ketir dengan mulut dan hati berdoa kepada Tuhan.

Aku merasa ini adalah ridha dan keberkahan. Kenapa bisa terasa tidak habis-habis? ya 'mungkin' ini hasil dari doa, sehingga Tuhan memberkahi harta itu sehingga kita akan mempergunakan harta itu seperlunya dan sebaik-baiknya, jadinya kita akan merasa harta itu nggak habis-habis.

Sekarang, aku tunjuk tangan, aku ingin didoakan agar hidup dan matiku dalam keridhaan dan keberkahan dari Tuhan.

Wednesday, March 13, 2024

Jarak


Tadi, aku menyadari satu hal, yaitu aku cenderung mengambil jarak ketika perasaanku tidak enak pada satu hal. Aku rasa, ini kurang baik. Seharusnya, aku tidak boleh begitu. Orang lain tidak pantas aku perlakukan begitu.

Tapi, aku punya pembelaan untuk kejadian itu. 

Terakhir kali aku membangun pembicaraan dengannya, aku merasa kami mengakhirinya kurang baik dan lumayan menyinggung perasaanku. Tentu, aku tidak bisa konfrontasi, karena itu akan memperpanjang masalah. Jadi, aku memilih mengambil jarak, yaitu dengan 'beralasan memiliki kegiatan saat diajak berbincang'.

Aku sangat mencintai diriku, aku mencintai badanku, mencintai jiwaku, dan mencintai perasaanku. Aku tidak mau melukai diriku, aku tidak suka ketika aku tersinggung, aku tidak suka ketika aku terluka, aku tidak suka siapapun yang berusaha menyakitiku, dan jika memungkinkan aku berusaha orang lain tidak terluka olehku. Aku rasa, untuk menghindari terjadinya 'terluka' maka aku harus menghindar.

Di sisi lain, aku rasa orang lain tidak pantas dihindari tanpa mereka tahu penyebabnya apa, tetapi jika aku jelaskan, maka 'bisa jadi' mereka terluka. Nah, aku punya pemikiran jika orang lain juga tidak boleh terluka.

Aku cukup bingung dengan pemikiran ini. Apa ini yang dinamakan bahwa kita harus berada di lingkungan yang 'same energy' dengan kita? agar kita saling memahami dan tidak saling terluka.

Aku adalah tipe yang memulai perbincangan, aku tidak suka ketika prasangka mulai menyerangku.
"kayaknya dia jutek lah." dan prasangka lainnya, aku mengambil langkah menjadi yang pertama untuk perbincangan  ya untuk mmenghindari prasangka, tapi saat sudah bicara dan rese, maka aku akan mengambil jarak sejauh mungkin.

Oh ya, aku juga sudah mulai bisa menerima jika ada perbedaan pendapat. Kenapa? karena perbedaan lingkungan akan membuat cara pandang seseorang turut berubah juga.

Tidak bisa dipungkiri juga kalau aku bisa jadi menyebalkan atau tokoh antagonis di cerita orang lain. Jika sudah ada perasaan kurang nyaman, kesal, atau perasaan tidak enak lainnya, ya tidak ada yang salah, ya cuma tidak sefrekuensi saja. Take spaces is my choice.

Wednesday, September 20, 2023

Mimpi


Paling enak itu mimpi kan ya? Tidak butuh modal. Tidak butuh tenaga. 7 tahun lalu, “Mau masuk mana?” Itu pertanyaan yang sangat susah dijawab.

Kalau jawab mau jadi apa mauku, takut tidak ada izin dari keluarga. Kalau jawab sesuai dengan keinginan orang tua, takut tidak lulus tes. Alhasil, “belum tau.” berulang di mulutku.

Percobaan pertama gagal. Percobaan kedua, alhamdulillah lulus. Maka, jadilah aku mahasiswa kedokteran gigi, yang berusaha untuk belajar dan belajar setiap hari. Salah satu hal yang paling kusyukuri saat itu adalah gaya baju sudah diatur sehingga aku setiap hari nggak perlu mikir mau pake baju gaya apa, yang kedua adalah dipertemukan dengan teman supportif.

Sebelum berdiri disini, memakai jas itu. Aku sering berpikir “aku punya dosa apa Aja ya sehingga Allah kasih jalan begini untukku.”. Aku mau dibentuk jadi seperti apa ya sampai guruku aja sampai bilang kalo mentalku nggak kuat. Aku mau digimanain sampe aku harus menjalankan 3 periode dengan satu kasus tersisa dan itu stuck. Aku ga bisa berprogres. Aku juga mau tau sebeda apa aku dengan temanku sampe dibilang, “kamu tau kesalahanmu apa? Kesalahanmu itu menyamakan dirimu dengan yang lain.” Memangnya aku ini gimana. 

This damn thought set on me very long time.

Before I got my hypocratic oath, I ask to my mom, "How's your feeling after so long to pay my college, and after that, I not only yours anymore, but my patient's own me, and if my true soulmate come, yaa i will be someones’s wifey?"

"Bagus lah. Memangnya harusnya begitu. "

Kamu tahu? aku mengekspektasikan jawaban yang menyentuh, yang ketika mendengarnya akan membuat hatiku bergetar atau apalah gitu yang drama. eh, yang pasti aku tidak bisa terlalu high expectation on my mom.

dikarenakan one of my 'dream' came true, lets make a new dream! mari lakukan yang lebih menantang, belum kapok soalnya.

Wednesday, September 13, 2023

Terimakasih



Ya Allah, Thanks for loving me this much and Alhamdulillah for I have survived these last almost 7 years. My highest honor to my teachers, deepest honor to my parents, highest respect to all my patients, and my appreciate to all my beloved friends, seniors, and juniors, who accompany me on this journey. All good things must come to the end, and I must make a new move for new good things. Its will be hot ride! 

Setelah membuat beberapa pertimbangan, aku rasa aku ingin menyimpan kenangan ini disini, karena tulisan-tulisan sebelumnya adalah kisah-kisah yang mengiringi untuk mencapai ini. Jika dibilang perjalanan sekolahku susah, maka bisa jadi, karena aku tidak mengklaim diriku yang paling susah, aku menyakini setiap bidang dan setiap orang memiliki titik struggle-nya masing-masing. let's respect each other!

Aku rasa masing-masing kita memiliki cerita yang menjadi titik balik dalam kehidupan perkuliahan kita dulu, cerita yang tidak bisa menghilang dalam kepala, cerita yang sanggup kita ulang berulang kali, cerita yang tidak semua orang yang merasakannya, dan akibat dari cerita itu  kita lebih menghormati diri kita sendiri dan orang disekitar kita.

Saat itu aku pakai baju pelindung diri warna hijau batang pisang, menunggu tibanya guruku yang ingin kujumpai guna menyelesaikan masalahku. Setelah menunggu semua yang lebih penting masuk, aku memberanikan mengetuk pintu, mengucap salam, dan berdiri berhadapan langsung dengan beliau, lalu diiringi dua orang teman yang juga ingin menghadap. Beliau mulai bertanya apa masalahku dan apa yang kuinginkan, aku pun menceritakan semuanya berdasarkan versiku, tanpa kututupi sedikitpun. Saat itu semua yang kubayangkan tidak sesuai dengan realita kejadiannya,

"Kamu tau kesalahanmu apa?"

"Saya melakukan perawatan diluar dok."

"Kamu tau kesalahanmu apa?" aku diam, aku tidak memiliki ide selain jawabanku sebelumnya.

"Kamu menyamakan dirimu dengan orang lain." Saat itu, aku sangat marah, tapi nggak bisa meluapkan emosiku hingga akhirnya aku diam saja dan mataku berair. Orang lain membayar uang kuliah sama denganku, kenapa aku beda. Ini adalah penyelesaian dari kejadian waktu itu , ya intinya  aku nggak suka diriku saat itu.

Hari ini aku mau bilang, “benar, itu adalah kesalahan saya, saya berbeda dengan yang lain, kenapa bisa waktu itu rasa takut saya sangat besar.” Dok, bolehkah saya bilang saya sangat berterimakasih atas bimbingan yang dokter berikan, dokter terimakasih atas ketidakmengertian akan kebodohan saya sehingga saya terus belajar. Dok, terimakasih tidak memapah saya dari A ke Z sehingga mencari tahu sendiri dan menemukan formulasi sendiri. Dok, terimakasih banyak untuk tidak meng-accept kasus saya dalam sekali pertemuan sehingga saya terus mengasah skill saya. Dok, terimakasih karena tidak memaklumi kelakuan saya sehingga saya terus membenahi diri. Dokter, terimakasih sudah meneriaki saya saat bungkam hanya gara gara satu pertanyaan responsi sehingga besoknya saya nggak waras tapi tetap mencoba waras untuk menghadap lagi. Dok, syukur Alhamdulillah saya masih sangat waras saat ini sehingga bisa menyelesaikan studi saya dan bisa memakai baju sederhana itu dengan berdiri tegak mengucap sumpah. 

Awal yang paling awal adalah terimakasih kepada diri sendiri yang sudah bertahan hingga hari ini dan hingga bisa menatap ke depan dengan mulut mengucap sumpah. Kepada Tuhan yang sudah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga bisa melalui semua ini. 

Selanjutnya, kepada Guru-Guru yang sudah dengan sangat sabar menghadapiku dan mentransfer ilmu mereka kepadaku, rasanya aku ingin memeluk satu per satu mereka semua. Rasanya hadiah takkan cukup untuk membayar segalanya, aku berdoa agar Tuhan memberikan kesehatan, kebahagiaan, keberkahan dan umur yang panjang kepada mereka semua. 


Kepada orang tua yang sudah memberikan dukungan yang tak akan pernah aku dapatkan dari siapapun kecuali mereka. Rasanya sangat canggung jika harus mengatakan terimakasih atau memeluk mereka karena mereka sudah menemaniku hingga hari ini, maka biarkanlah aku menulis sepatah dua patah kata di halaman ini. Tidak begitu indah, tetapi cukup untuk meluapkan buncahan bahagia dan syukurku karena sudah memiliki mereka. 

Kepada Abang-abangku dan adik-adikku, selaku sponsor kedua, aku sangat bersyukur memiliki mereka, tempat aku meluapkan emosi, ya meskipun mereka menyerang balik. Tapi, bukankah begitu saudara? tidak seru jika tidak ada perdebatan hal yang tidak penting. Hihihi.

Kepada Ine. Ne, terimakasih banyak ya sudah mendengarkan keluh kesahku, meskipun aku tahu, ine tidak mengerti kadang mengenai keluh kesah perkuliahanku. Sama ne, aku juga nggak paham kadang ke ngomong apa. Tapi, seru dengar cerita ke, apalagi pas ke sedang berapi-api, itulah yang kutunggu-tunggu. Ne, akhirnya aku selesai kuliah di unsyiah, bukan di unimal kek 7 tahun lalu kuekspetasikan. Ne, aku akhirnya lulus dan Alhamdulillah masih waras. Gila ne, pengalaman ini keknya nggak bakal aku lupain. Ne, lanjut sekolah lagi yuk? Aku belum kapok nich.


Kepada Del dan Syipa, makasih banyak, aku mau peluk kalian. Kita menjalani banyak hal bersama. Aura kita terlalu gelap untuk membaur dengan mereka. Kita langsung dikenali saat membuat tingkah, kita memang terbaik dalam memulai satu masalah, tapi kita terbaik juga dalam bertahan. Jika kita tanding basket, maka kita pemenangnya, pertahanan kita sangat tangguh.


Kepada Bilaa, Sahwan, dan Cudee, terimakasih banyak karena sudah menjadi motivasi untukku agar cepat menyelesaikan studi dan sudah banyak membantu. Kita memang jarang keluar setelah kalian mengucap sumpah, ya mau bagaimana, kita sibuk dengan kegiatan masing-masing. Selanjutnya, jika Tuhan merestui kita berenam akan duduk bersama dan membicarakan hal acak hingga berjam-jam lamanya.


Kepada Ulan, Rizka, Iza, Ocut, aku sangat terharu masih bisa terhubung dengan kalian hingga hari ini. Aku tahu kalian masih melihat aku sebagai bocah SMP yang menangis di kantin pak Nur. Kalian tahu apa? aku sangat menyayangi kalian. Kalian yang mengenalkan kepadaku tentang indahnya menjalin pertemanan. Kita memang sudah jarang berjumpa, tapi disaat aku gila dengan bebanku, kalian tahu aku akan kembali mengirimi kalian berpuluh-puluh pesan di grup kita. Mau peluk kalian erat-erat. Ih foto terbaru kitaa minus izaa, tapi tak apaa yang penting izaa sehat selaluu...


Kepada Yauma, Yuri, dan Intan, makasi banyak sudah menemaniku dari SMA, kalian tahu? aku selalu suka dengan pembicaraan kita. Aku suka saat kita lupa waktu di rumah Yauma, omongin hal-hal yang menurutku baru. Aku jadi ingin mendengarnya terus menerus. "jadi, dimana klimaknya?" aku yakin kalian mengingat kalimat ini.

Menjalani studi dengan masa studi selama ini membuatku menyadari banyak hal. Tentunya, ada saatnya aku mau gila, aku dipenuhi pemikiran negatif, dan lain-lain yang aneh-aneh. Sangat melelahkan.

Satu bulan terakhir sebelum ujian kompetensi dilaksanakan, aku sangat bersyukur karena bisa bersama mereka, ada saatnya main dan ada saat belajar sampai mampus. Apalagi pas di medan, memang belajar dari subuh ke subuh sampai mampus, saling mengajari, saling menjaga, dan saling curhat jangan lupa. Kampus USU makasi banyak sudah mau terima kami dengan baik.


____

"Sit, bajumu kaya jemuran." kata temanku. 

Jujur saja, aku tidak marah, ya karena memang seperti itu. Warna jilbab, kemeja, rok, kaus kaki, dan sepatu beda semua, gimana nggak disebut jemuran. Ini adalah gaya pakaianku saat terlambat bangun pagi pas sekolah preklinik dulu. Anehnya, hampir setiap hari aku terlambat bangun karena bergadang menulis logbook yang nggak ada abis-abisnya. Funfactnya, logbookku tidak pernah benar-benar selesai hingga masa studi selesai. 

Ketika masuk masa klinik, gaya pakaianku sudah lebih baik, maksudnya ada banyak teman-temanku yang memuji padu padan pakaianku meskipun pakaiannya itu itu saja.

Kuliah itu sudah ada aturan pakaiannya. Harus pakai baju berkerah, berkain, tidak boleh bahan jeans, jilbab segitiga, wangi, bersih dan rapi. Aku tidak punya perasaan untuk satu ini, ini tuntutan ya dijalankan saja.

Tapi mau tau nggak? aku paling suka gaya pakaianku waktu nongkrong. Itu adalah gaya favoritku.



___

Gimana ya meskipun angkatanku banyak kurangnya, tetapi aku sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari angkatan ini dan menjadi bagian dari mereka. Kita memang yang terbaik dalam membuat masalah dan alhamdulillahnya kita juga yang terbaik dalam menyelesaikannya. Tuhan maha baik.

Makasih banyak guys untuk selama ini, sedih karena kita harus berpisah. Kalian yang jauh sudah kembali ke kampung halaman kalian, sedangkan yang dekat, kita sudah jarang bertatap muka karena kita memiliki prioritas yang berbeda. Senangnya, kita sudah berhasil mencapai goal kita masing-masing setelah bertahun-tahun lamanya.


___

29.08.2023

Tertanda sebagai hari yang akan selalu diingat hingga nantinya, karena kita mau perempuan ataupun laki-laki takkan ada yang panggil "ibuk" atau "Pak", semuanya disamakan menjadi "Dok"

Ya Allah, berikanlah kemampuan untuk kami mempergunakan ilmu kami dengan baik dan dapat kembali meluruskan niat setiap harinya. Berikanlah kami kemampuan untuk merealisasikan niat baik kami. Berikanlah kemampuan agar kami dapat membantu pasien-pasien kami. Berikanlah kesehatan kepada guru-guru kami, orang tua kami, pasien-pasien kami, teman-teman kami dan kami sendiri. dan berkahilah dan ridhailah hidup kami. Aamiin ya rabbal 'alamin.

____

Dok, mohon berkahi ilmu-ilmu saya. Dok, mohon ridhai perjalanan panjang saya ini. Dok, mohon terus membimbing saya untuk kedepannya. Dok, Alhamdulillah saya bisa selesai sekolah setelah sekian purnama. Terimakasih banyak dokterr-dokter.

Wednesday, April 26, 2023

Mereka



All parents are new learner. Aku sudah setuju dengan penggalan kalimat itu. Aku punya masa-masa blaming orang tuaku, "kenapa mereka begitu? kenapa mereka begini?" yah masih banyak lagi.

Padahal, mereka itu sama dengan aku. Sebelum mereka memiliki kami (My siblings and I), mereka hanya lajang yang minim pengalaman hidup dan mereka juga sama sepertiku sekarang ini, penuh dengan ambisi-ambisi masa depan. Ketika kami ada, maka akan menjadi pengalaman pertama untuk mereka memiliki anak. Ketika kami beranjak besar, maka akan menjadi pertama kali untuk mereka menghadapi bayi, batita, toddler, remaja pubertas dengan unstable emotionally, dan dewasa muda yang sok tahu mengenai kehidupan.

Aku punya cerita. Ketika aku SMP, aku sekolah di sekolah yang pulangnya sore, jadi harus makan siang di sekolah. Saat awal-awal sekolah, mamaku berusaha untuk antar nasi atau aku akan bawa bekal double di pagi hari, satu untuk makan di jam istirahat dan satu lagi untuk makan siang. So, I have story, dulu aku iri dan merasa sangat wow saat ada orang tua yang mengantar nasi ke anaknya dan menunggui hingga anaknya ambil, nggak ditaruh di lemari penitipan seperti aku. Saat udah beberapa waktu sekolah, orang tuaku mengkatering nasi dari "Tante" sekolah, dan tau apa yang terjadi? aku tifus. Aku langganan tifus 6 bulan sekali. Uhh, aku nggak suka tifus. Tifus bikin lemas. Kalau makan sembarang, pulang-pulang aku akan nangis merengek-rengek karena kulitku gatal.  Biasanya 1 atau 2 minggu pasca sembuh dari tifus, mamaku akan antar bekal lagi. Jujur, meskipun aku nggak ditunggui halnya anak lain, aku sudah sangat senang. Moodku langsung elevated. Oh ya, dulu orang tuaku juga ada rule, no junkfood. Jadi menurutku, junkfood adalah makanan mahal. Aku akan sangat senang kalau kami sekelas delivery junkfood. Yah, meskipun nanti pas pulang, aku akan gatal-gatal. 

Ketika aku sudah di umur segini, Aku juga menyadari kalau "saat itu" my mom is worker mom dan ayahku adalah busy dad. Saat itu, mereka sedang hidup dalam cita-citanya dan My sibling and I adalah bagian dari cita-cita mereka. Oh ya, mereka juga membuat kami mengerti tentang apa yang mereka lakukan. Mereka melakukan yang terbaik pada masa itu. Ketika masa cita-cita mereka sudah berlalu seperti sekarang, mereka tetap melakukan terbaik. Ada satu yang mereka punya sekarang tapi dulu tidak punya, yaitu waktu yang luang. Sekarang, ayahku cukup banyak melakukan aktivitas di rumah setelah masa pensiunnya dimulai.

Setiap berangkat sekolah, aku akan pergi dengan Ayahku, karena sekolahku dekat kantor ayahku. Aku akan sampai ke sekolah selalu cepat, nggak pernah telat. Padahal aku juga ingin telat. Oh ya, dulu juga dengar radio setiap pagi. Oz FM, sudah lama aku tidak mendengar penyiar kecintaanku. Pas berhenti traffic light, ayahku akan beli koran seharga 2 ribu dan aku akan baca judul headline pagi itu. Mamaku? selalu punya cerita mengenai murid-muridnya. Beberapa murid mamaku menjadi temanku dan menurut mereka, mamaku keren. Aku punya teman, yang dia adalah murid mamaku semasa sekolah dasar, dan awalnya, aku cukup kesal karena mereka selalu menceritakan mamaku. Saat ini, aku cukup senang saat mereka kembali mengulang cerita itu. Padahal, aku sudah mengingat runtutan cerita yang mereka ceritakan.

Aku melihat orang tuaku sebagai sosok yang terus belajar. Aku suka cerita apa saja yang terjadi denganku, dengan kuliahku, ya almost everything lah. Aku juga tahu kadang mereka kurang paham dengan bahan ceritaku itu, and you know? orang tuaku berusaha untuk mencari tau dan berusaha untuk mengerti. Internet hit everything. Mereka browsing dan mereka berusaha untuk mengerti, maka jadilah mereka mengerti. Aku sangat tersanjung dengan itu. 

Sekarang, saat sudah memasuki usia dewasa muda begini, aku sangat bersyukur memiliki mereka. Mereka sangat suportif di setiap langkah-langkah yang kujalani. Setiap ada kegagalan yang merintangi jalanku, mereka cukup mengerti alasan-alasan kegagalan itu terjadi dan mereka cukup menahan diri untuk tidak memaksaku. 

Saat aku kehilangan kontrol terhadap diriku, mereka juga mengerti mengapa aku bisa begitu. Mereka adalah orang tua yang tidak bisa dibohongi, meskipun usia sudah melampaui setengah abad, kurasa aku lebih kurang update dari mereka. Terimakasih banyak.

Tulisan ini memang tidak rapi, apalagi indah. Aku menulis ini sebagai caraku mengungkap rasa syukur memiliki mereka.

Monday, February 6, 2023

Itu


Kali ini aku tidak merekomendasi judul lagu. Kali ini aku merekomendasikan satu surah yang sangat romantis menurutku yaitu surah Maryam. Surah yang diturunkan Tuhan untuk menjelaskan kepada manusia mengenai wanita yang begitu mulia dan begitu dicintai-Nya dalam kesendiriannya dan ketaatannya. Disini juga begitu romantis saat Nabi Isa diberi mukjizat bisa berbicara saat bayi dan Nabi Isa membela Ibunya. Ya Allah, kenapa bisa seromantis itu ya?

Mari kita bahas sesuatu yang random lagi. Aku baru saja menonton video di Tik Tok, isi videonya itu membahas gaya hidup di Norway. Slow living, rata-rata masyarakat disana menganut konsep ini. Aku penasaran dan membuat riset-riset kecil-kecilan mengenai ini. Setelah membaca dan membaca, aku merasa ini bisa sedikit menjadi jawaban atas masalahku. Aku rasa masalahku bukanlah tidak berambisi, tapi aku melakukan semua hal dengan perlahan dan meresapi proses yang ada, sehingga bagi orang yang tidak mengenal, mereka akan berpikir jika aku lempeng dan tidak ada tujuan, ya sedikit sama dengan konsep slow living ini.

Aku dapat kata-kata yang bagus untuk mendeskripsikan slow living ini dari website eiger. Maaf aku sedang nggak mood riset hingga paper. I think website is enough. Begini kata-katanya, Slow living bisa diartikan dengan hidup lambat, tetapi lambat di sini bukan berarti tidak berprogres, hanya saja fokusnya diubah, dari lebih cepat lebih baik ke melakukan semua hal dengan kecepatan yang tepat.

Kuncinya disini ada di fokus, yang awalnya fokusnya ke lebih cepat, tetapi merubah haluan ke menetapkan kecepatan yang tepat. Setiap orang itu spesial dan setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda. Setiap orang memiliki waktunya masing-masing. Si A menetapkan bulan 5 itu sudah pantas, tetapi bagi Si B itu terlalu cepat sehingga dia merasa belum pantas. Si A dan si B memiliki kecepatan yang berbeda.

Jika kita ngomongin timeline/kecepatan begini, aku jadi teringat ke pelajaran dasar di bagian ortodontik. Ini mata kuliah susahnya minta ampun, dulu pas buat logbook sambil diiringi aliran air mata yang baru berhenti kalau sudah ketiduran, eh besok pagi kelopak mata jadi bengkak dan pas di jalan ke kampus naik motor, ya Allah pedis cuy mataku karena kena angin. 

Nah, dalam menganalisis kasus ortodontik ini salah satunya kita harus analisis usia biologiknya dan usia fisiologinya pasien. Usia fisiologi itu ya kaya usia yang kita rayain ulang tahun, yang bisa dihitung angka, 1 tahun, 2 tahun ya 23 tahun. Usia yang dihitung dari hari pertama kelahiran hingga hingga hari ini. Sedangkan, usia biologik itu usia perkembangan tubuh seseorang lah bisa dibilang, perhitungannya bukan dalam angka tetapi dalam stage, ada stage I, stage II, tergantung dari metode yang kita pakai.

Kasus ortodontik itu sangat butuh tuh ketepatan antara usia biologik dan usia fisiologi, untuk menetapkan rencana perawatan dan usia biologik yang paling penting disini. Bisa aja nih usianya udah 13 tahun perempuan tetapi secara biologik dia belum mencapai stage III, yang seharusnya dia sudah melewati stage itu. eh pas di cek dengan metode lain, memang belum mencapai puncak pertumbuhan, so it's okay. Kita nggak bisa paksain tubuh pasien yang usia 13 tahun ini (usia fisiologisnya) mencapai stage III (usia biologisnya) dalam waktu itu harus tercapai terus, alias dipaksain, nggak bisa begitu bro, karena apa? karena tubuh kita ini punya waktu dan kecepatan yang berbeda untuk tumbuh dan berkembang. Tubuh satu pasien dan pasien lainnya itu berbeda, makanya dibilang setiap orang itu spesial. 

Setiap orang itu spesial, jadi yang mau aku bilang itu adalah kita nggak perlu selalu menjadi cepat dan dapat target, kita bisa juga kok lambat dan belum dapat. Awalnya memang menyakitkan, lama-lama kita bisa menerimanya kok. Waktu orang itu berbeda-beda.

Mungkin kita perlu meresapi langkah-langkah yang sudah kita ambil, kita perlu menerima dan menikmati semua keputusan yang sudah kita ambil, kita perlu meneguk segelas kopi tidak terburu-buru seperti yang biasanya kita lakukan, kita perlu mengigit satu sisi donat dan merasakan betapa lembut adonannya itu, atau kita perlu duduk tanpa ada keributan di dalam kepala ini, atau bisa jadi kita perlu mengosongkan segala sifat kedengkian dan kecemburuan dari hati kita. Tuhan maha baik, kita mungkin selama ini kurang dalam menikmati nikmat-Nya. 

Oh ya, dulu juga aku kira setiap penyakit itu perawatannya harus diresepkan obat atau dikasih tindakan. Ternyata nggak. Observasi juga termasuk rencana perawatan. Observasi itu memantau, ya kita memantau perkembangan pasien, hanya memantau saja, nggak ada tindakan yang diberikan, memantau hingga kita dapat timing yang pas untuk diberi tindakan kepada pasien itu. Jadi, kadang kita hanya perlu melakukan suatu hal tanpa tergesa-gesa, secara pelan-pelan, bukan berhenti ya, tapi pelan-pelan.

Aku belum mencapai slow living concept itu, tapi sepertinya aku yang sekarang mirip seperti itu. Aku menjadi begini ya karena goals yang kubuat jauh  melesetnya, maka jadilah begini. Jadi, melambat.

Oh ya, aku nggak tau kenapa bisa fontnya bisa beda begitu.


Saturday, January 28, 2023

Lucu


Aku punya rekomendasi lagu lagi, it's 'your shirt' dari chelsea cutler. Ini menceritakan tentang gagal move on. Melodinya enak didengar. btw, aku buta nada, jadi sebenarnya aku sok tau aja. wkwkwk, ngakak bgt melihat diri sendiri. Jadi, ini enak didengar aja. dah itu aja pokoknya.

Random things always the best. This one as example. Aku sedang meresapi rasanya tidak menjadi yang pertama, tidak menjadi cepat, tidak mengikuti timeline sosial, dan menjadi yang ditinggalkan.

Perasaannya tidak enak, awalnya. Terasa ingin mengejar untuk menyetarakan. Lumayan aneh. Awalnya juga merasa cemburu, tetapi lama-lama aku bisa mengikhlaskan. Aku mengikhlaskan dan menerima jika aku tertinggal untuk melapangkan dadaku. Aku butuh merdeka. Aku harus menyayangi tubuhku dengan cara membebaskan diriku dari segala yang membuatku pusing.

Setiap perasaan tidak enak itu datang. Aku akan belajar dan merajut. Belajar apa aja yang bisa dipelajari dan merajut apa saja yang ingin kurajut. lalu, jadilah barang-barang rajut yang random juga, sesuai mood.

Nah, saat udah bisa menerima kenyataan begini. Aku yang mencari perkara untuk diriku sendiri, mengajak seseorang berbicara. Aku keterlaluan sehingga kami berbicara terlalu dalam dan berakhir dia bilang aku nggak ada ambisi.

Serius nyesek sampai bikin emosi. Kan ambisi itu nggak harus di flexing kemana-mana, cukup diriku aja tau udah. Apa aku perlu pasang IG story betapa banyaknya ambisiku. Orang yang tampak lempeng-lempeng emang dikira yang menerima diinjak-injak gitu. Ih bikin emosi aja.

Ingin kutempeleng. Btw, emosi nggak ada gunanya, yang ada bikin tekanan darah naik saja, jadi mari kita lempeng dan apatis kembali.

Ambisiku cukup aku tau saja. Apa yang kuinginkan, kumimpikan, dan kucita-citakan cukup diriku saja yang tau. Hidupku adalah milikku, jadi terserah aku saja. Bye!

Tuesday, January 24, 2023

Dekat


"Kalau berteman itu jangan terlalu dekat. Pilih teman yang bisa di bawa ke rumah, yang bisa dibawa masuk atau tetap diluar saja, yang bisa dibawa ke kamar. Itu semua harus  dipilih. Jika terlalu dekat, takutnya jika sudah berjarak gak ada obatnya."

Itulah kata guruku, nasihat yang menjadi penutup malam itu. 

Kata-kata itu tergiang-giang di kepalaku, sehingga timbul peertanyaan “bukankah itu jahat jika sudah berteman tetapi menjadikan kecurigaan sebagai penghalang? Bagaimana bisa kita tidak percaya sepenuhnya pada teman kita? Ya kalau berjarak gitu, nggak usah berteman Aja sekalian.” Inilah pertanyaan yang kemudian terjawab tanpa kutanyakan pada orang-orang. Aku mendapatkannya setelah menjalani beberapa waktu kehidupanku.

Setelah mengalami banyak kejadian, aku berubah haluan menjadi setuju dengan nasihat guruku. 

Menjaga jarak adalah kunci untuk awet pertemanan. Kita nggak perlu tahu semua hal, kita nggak perlu ingin tahu mengenai masalah yang tidak perlu kita tahu. Ada hal yang menyakitkan yang sebaiknya tidak diketahui agar pertemanan tetap langgeng. Juga, ada hal yang menyenangkan yang sepatutnya disimpan dalam-dalam agar tak menimbulkan rasa iri di hati.

Komunikasi dan pemahaman adalah pasangan untuk jarak. Kita harus memberi tahu apa yang sepatutnya saja dan kita saling memahami yang kemudian akan memunculkan sifat saling menghargai. 

Dulu aku juga kira tidak perlu set boundaries antara teman, ternyata itu perlu. Boundaries yang sama-sama paham, jika kita melewatinya akan jadi bumerang untuk hubungan kita. 



Wednesday, January 4, 2023

Lagi


Aku menunggu disemangati, tetapi tidak kunjung datang. Aku cukup naif, ternyata.

Jika dapat kembali ke masa lalu, maka akan aku jahit mulutku agar tidak berbicara hal yang aneh-aneh. Oh ya, tidak menyemangati juga. Energi positif kuberikan, lalu dilempar kepadaku tidak semangatnya.

Sungguh melelahkan selayaknya memilin benang sepanjang lapangan bola. Apa melelahkan atau kesepian? Ah, bodoh, itu saja tidak bisa dibedakan.

Disana. Iya, disana. Mereka sedang mengulas kehidupanmu dan kamu disini, sedang berlutut untuk bangkit melukis masa depanmu. Bodoh, bodoh, bisanya kamu baik pada orang sejahat itu.

Kamu kira mereka memikirkanmu? Tidak. Itu hanyalah segerombolan manusia yang memikirkan diri sendiri. Kamu? Hanya aktor dalam cerita yang dikeluarkan mulut mereka.

Kamu! iya, kamu. Jangan terlalu merendahkan dia. Dia tidak menanggapimu karena sedang menyiapkan bom yang sewaktu-waktu akan ditempelkan ke badan angkuhmu itu. Halah, jangan terlalu tinggi saat bicara, soalnya tidak terdengar. Buang-buang suara saja.

Ah, tapi bagus juga sih. Kamu merendahkannya, itu berarti kamu sudah membangunkannya. Anak tidak ada harapan itu dulunya diselimuti ambisi. Siap-siap, dia akan datang menyerangmu tepat di depan wajahmu.

Sunday, November 13, 2022

Acak

Tau gak? aku itu anaknya random pake banget. Kepalaku ini ada-ada aja isinya. Kadang aku maunya gak usah mikir. Ya, otakku diam aja. Tidak perlu aktivitas gitu. Kalau di EKG, kalau bisa garis lurus ajaa gitu. Masalahnya, gak bisa. Ada aja yang melintas di kepala cantik ini.

Aku kan maunya nge-gembel aja di rumah. Makan-Tidur-Bangun-Berak-Nonton-Rajut-Makan lagi-Tidur. Sedap benar kalau pola hidupku begitu. Skip olahraga, bikin capek, keringatku keluar, habis itu kulitku gatal. Dengan alasan, duit ngalir terus kaya taik hidung pas lagi flu. 

Kalau bisa, kasusku kelar tanpa aku gunain otakku buat mikir susunan rencana perawatannya, psikologi pasien, keramahan suasana dental unit, dental fobia pasien, drama-drama keilmuanku yang bisa dibungkam dengan satu pertanyaan dan drama-drama perkoasan ini. 8 jamku untuk tidur, sisanya semuanya buat koas. koas is lyfe.  Ya Allah, aku merasa buat nafas aja capek, apalagi buka tutup mata, huftt butuh effort.

Mungkin kalau aku hidup di jawa, sabtu minggu aku akan sibuk nyari-nyari orkestra dimana gitu, buat plong-in kepalaku ini. Yah, yang isinya acak semua.

Oh ya, bisa gak sih mie instan itu menjadi makanan yang sehat? Aku suka banget mie, segala jenis mie sih sebenarnya, tetapi mie instan yang paling mudah dijangkau. Kadang ada saat aku udah menahan diriku untuk gak makan mie, eh pas ke market, godaan besar banget untuk gak ke rak mie, alhasil aku beli lagi mie instan. hihihi..

Ya Tuhan, ternyata seacak itu yaa....

Saturday, November 5, 2022

Review : Ngeri-Ngeri Sedap (Movie)

 

Btw sebelum kita mulai, aku punya rekomendari lagu lagi buat kalian yaitu lagunya Shallou yang berjudul here. Beuh, mantap benar lagunya, vibe-nya sendu abiss. I love lagu sendu. Rekom pokoknyaa.

Sorry, sebenarnya aku akan nulis ketika puyeng sama kegiatanku selama koas ini, ya semacam pelarian gitu. Aku juga belum percaya diri kalau semisal ada yang ikutin laman ini. Rasanya aneh cuy. Okey, Mari kita bahas mengenai film satu ini, sumatera punya barang ini, batak pride. Aku bukan batak tapi aku suka dengan film yang mengangkat isu perempuan begini.

Aku tahu film ini dari temanku. Waktu itu kami sedang makan siang di kantin sambil diskusi kasus-kasus yang kami kerjakan. eh, ntah bagaimana, temanku ini malah merekom film ini.

"Sit, ke harus nonton ya." aku jawab waktu itu, "ga janji." Oh ya, di Banda Aceh ini 'ke' kami pakai kata itu untuk merujuk 'kamu'. Kadang kami pakai kata 'kamu', kalau bicara dengan yang lebih muda atau orang yang baru kami kenal. Untuk sebaya dan saling kenal, biasanya ya 'ke'.

"Sit, wajib buat ke ini, ke pasti relate karena ke anak perempuan pertama."

"Sit, iyaa wajib, ke relate karena ke selalu ngalah."

Whattt! "memangnya aku selalu ngalah ya?" aku terkejut dengan apa yang dikatakan temanku ini. Aku tidak merasa mengalah, hanya saja aku tidak bisa berdebat, jadi aku akan memilih mundur saja.

Jadi, alhasil karena aku sudah termakan bujuk rayuan teman-temanku, aku pun menonton film ini. Wah, ini film sangat relate denganku, apalagi dengan tokoh sarma. Sarma yang awalnya kukira cuek terhadap masalah keluarga.

Film ini di awal-awal membosankan. Aku disuguhkan drama keegoisan orang tuanya, ayahnya yang ingin memamerkan keharmonisan keluarganya (padahal tidak), ibunya yang hanya bisa mengikuti kemauan ayahnya (tidak cukup kuat untuk melawan keinginan ayah), 3 orang anak yang kuliah  hingga bekerja di jawa (yang tidak mau pulang padahal ibunya sudah mohon-mohon untuk pulang), dan 1 anak perempuan yang menjadi tumbal dari 5 orang egois. 

Adegan yang membuatku nangis yaitu saat ibunya membongkar jika ingin cerai itu hanya pura-pura, agar 3 anak laki-laki mau pulang ke kampung, lalu mereka bilang kecewa kalau sarma sudah membohongi mereka. Awalnya, sarma diam, karena terus dibombardir, sarma tidak tahan, dan mengungkapkan semua yang terjadi padanya, apa yang sudah mereka melakukan kepadanya secara tidak sadar.

Jujur, aku menangis hingga sesenggukan di adegan, hingga aku berpikir, "gila aku, ngapain sih seheboh itu? padahal cuma adegan film." 

Mungkin, secara tidak sadar, aku adalah sarma untuk keluargaku. Semangat anak perempuan pertama, beban yang kamu pikul berat, jadi gak ada cara bertahan hidup selain semangat.