Monday, February 6, 2023

Itu


Kali ini aku tidak merekomendasi judul lagu. Kali ini aku merekomendasikan satu surah yang sangat romantis menurutku yaitu surah Maryam. Surah yang diturunkan Tuhan untuk menjelaskan kepada manusia mengenai wanita yang begitu mulia dan begitu dicintai-Nya dalam kesendiriannya dan ketaatannya. Disini juga begitu romantis saat Nabi Isa diberi mukjizat bisa berbicara saat bayi dan Nabi Isa membela Ibunya. Ya Allah, kenapa bisa seromantis itu ya?

Mari kita bahas sesuatu yang random lagi. Aku baru saja menonton video di Tik Tok, isi videonya itu membahas gaya hidup di Norway. Slow living, rata-rata masyarakat disana menganut konsep ini. Aku penasaran dan membuat riset-riset kecil-kecilan mengenai ini. Setelah membaca dan membaca, aku merasa ini bisa sedikit menjadi jawaban atas masalahku. Aku rasa masalahku bukanlah tidak berambisi, tapi aku melakukan semua hal dengan perlahan dan meresapi proses yang ada, sehingga bagi orang yang tidak mengenal, mereka akan berpikir jika aku lempeng dan tidak ada tujuan, ya sedikit sama dengan konsep slow living ini.

Aku dapat kata-kata yang bagus untuk mendeskripsikan slow living ini dari website eiger. Maaf aku sedang nggak mood riset hingga paper. I think website is enough. Begini kata-katanya, Slow living bisa diartikan dengan hidup lambat, tetapi lambat di sini bukan berarti tidak berprogres, hanya saja fokusnya diubah, dari lebih cepat lebih baik ke melakukan semua hal dengan kecepatan yang tepat.

Kuncinya disini ada di fokus, yang awalnya fokusnya ke lebih cepat, tetapi merubah haluan ke menetapkan kecepatan yang tepat. Setiap orang itu spesial dan setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda. Setiap orang memiliki waktunya masing-masing. Si A menetapkan bulan 5 itu sudah pantas, tetapi bagi Si B itu terlalu cepat sehingga dia merasa belum pantas. Si A dan si B memiliki kecepatan yang berbeda.

Jika kita ngomongin timeline/kecepatan begini, aku jadi teringat ke pelajaran dasar di bagian ortodontik. Ini mata kuliah susahnya minta ampun, dulu pas buat logbook sambil diiringi aliran air mata yang baru berhenti kalau sudah ketiduran, eh besok pagi kelopak mata jadi bengkak dan pas di jalan ke kampus naik motor, ya Allah pedis cuy mataku karena kena angin. 

Nah, dalam menganalisis kasus ortodontik ini salah satunya kita harus analisis usia biologiknya dan usia fisiologinya pasien. Usia fisiologi itu ya kaya usia yang kita rayain ulang tahun, yang bisa dihitung angka, 1 tahun, 2 tahun ya 23 tahun. Usia yang dihitung dari hari pertama kelahiran hingga hingga hari ini. Sedangkan, usia biologik itu usia perkembangan tubuh seseorang lah bisa dibilang, perhitungannya bukan dalam angka tetapi dalam stage, ada stage I, stage II, tergantung dari metode yang kita pakai.

Kasus ortodontik itu sangat butuh tuh ketepatan antara usia biologik dan usia fisiologi, untuk menetapkan rencana perawatan dan usia biologik yang paling penting disini. Bisa aja nih usianya udah 13 tahun perempuan tetapi secara biologik dia belum mencapai stage III, yang seharusnya dia sudah melewati stage itu. eh pas di cek dengan metode lain, memang belum mencapai puncak pertumbuhan, so it's okay. Kita nggak bisa paksain tubuh pasien yang usia 13 tahun ini (usia fisiologisnya) mencapai stage III (usia biologisnya) dalam waktu itu harus tercapai terus, alias dipaksain, nggak bisa begitu bro, karena apa? karena tubuh kita ini punya waktu dan kecepatan yang berbeda untuk tumbuh dan berkembang. Tubuh satu pasien dan pasien lainnya itu berbeda, makanya dibilang setiap orang itu spesial. 

Setiap orang itu spesial, jadi yang mau aku bilang itu adalah kita nggak perlu selalu menjadi cepat dan dapat target, kita bisa juga kok lambat dan belum dapat. Awalnya memang menyakitkan, lama-lama kita bisa menerimanya kok. Waktu orang itu berbeda-beda.

Mungkin kita perlu meresapi langkah-langkah yang sudah kita ambil, kita perlu menerima dan menikmati semua keputusan yang sudah kita ambil, kita perlu meneguk segelas kopi tidak terburu-buru seperti yang biasanya kita lakukan, kita perlu mengigit satu sisi donat dan merasakan betapa lembut adonannya itu, atau kita perlu duduk tanpa ada keributan di dalam kepala ini, atau bisa jadi kita perlu mengosongkan segala sifat kedengkian dan kecemburuan dari hati kita. Tuhan maha baik, kita mungkin selama ini kurang dalam menikmati nikmat-Nya. 

Oh ya, dulu juga aku kira setiap penyakit itu perawatannya harus diresepkan obat atau dikasih tindakan. Ternyata nggak. Observasi juga termasuk rencana perawatan. Observasi itu memantau, ya kita memantau perkembangan pasien, hanya memantau saja, nggak ada tindakan yang diberikan, memantau hingga kita dapat timing yang pas untuk diberi tindakan kepada pasien itu. Jadi, kadang kita hanya perlu melakukan suatu hal tanpa tergesa-gesa, secara pelan-pelan, bukan berhenti ya, tapi pelan-pelan.

Aku belum mencapai slow living concept itu, tapi sepertinya aku yang sekarang mirip seperti itu. Aku menjadi begini ya karena goals yang kubuat jauh  melesetnya, maka jadilah begini. Jadi, melambat.

Oh ya, aku nggak tau kenapa bisa fontnya bisa beda begitu.


No comments:

Post a Comment