Tuesday, December 29, 2020

My Korean-Movie Watchlist in 2020

 


Berhubung 2020 lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibandingkan di kampus atau rumah sakit, selain belajar dan buat catatan ya kegiatanku nonton dan nonton. Sebenarnya aku lebih suka nonton drama dibandingkan movie, ini aja aku lagi nonton k-drama 'stranger 2', tapi karena ada teman dekatku yang lagi suka nonton movie eh jadinya aku ikutan juga. 

Beberapa hari lagi udah tahun baru, gak terasa ya kita udah menghabiskan 2020 dengan bersantai di rumah. Okey, maka disini aku mau rekomendasikan movie-movie yang udah kutonton, mungkin kalian suka dan nanti bisa nonton untuk mengisi liburan akhir tahun ini.

1. Pawn

Movie ini temanya keluarga latar waktu di tahun 1993, ceritanya 2 orang rentenir yang mau tagih utang sama seorang ibu yang punya seorang anak perempuan umur 10 tahun. Si Ibu udah beberapa bulan nunggak utangnya, dia masih gak bisa bayar, ditambah suaminya yang udah meninggal (tapi ini plot twist di akhir), akhirnya 2 rentenir ini jadiin anak perempuannya jaminan. Mereka bakalan balikin si anak kalau si ibu bayar utang keesokan hari ini. Tetapi, si Ibu gak pernah datang karena dideportasi ke china gara-gara ibunya  adalah imigran ilegal. Setelah banyak kejadian, akhirnya 2 orang rentenir ini memutuskan untuk merawat si anak hingga dewasa. Aku bisa kasih skornya 9/10.

2. Northern Limit Line


Movie ini mengusung tema militer, alias movie perang. Ini diangkat dari kisah nyata. Latar waktunya tahun 2002. Dimulai dari anggota angkatan laut baru, petugas medis, yang dipindahkan ke kapal perang Angkatan laut korsel. Mereka melakukan patroli di sepanjang perbatasan laut antara korsel dan korut. Lalu, di suatu malam kedatangan perahu milik nelayan korut ke laut milik korsel. Setelahnya, berlangsunglah kejadian yang tidak biasa. Skornya aku kasih 9/10.

3. Innocence


Movie ini diperankan oleh Shin Hye Sun selaku pengacara handal. Ayahnya meninggal dan keluarga mereka mengadakan acara berkabung. Lalu, ada beberapa petinggi daerah tersebut datang dan mereka meminum arak lalu mereka keracunan. Ada yang meninggal dan ada yang masa kritis di Rumah sakit. Ibunya dituduh sebagai terdakwa dan Shin Hye Sun pulang kampung untuk mengeluarkan ibunya dari bui, meskipun ibunya tidak mengingatnya sedikitpun karena mengidap dementia. Sedikit demi sedikit Shin Hye Sun menguak kasus dibantu oleh teman sekampungnya dulu yang berprofesi sebagai polisi dan juga, pamannya. Seiring terbukanya kasus tersebut, seiring terkuaknya konspirasi di daerah tersebut dan terkuak juga Shin Hye Sun sendiri. Skornya aku kasih 9/10.

4. The Gangster, The Cops, The Devil


Movie ini bercerita tentang kerjasama antara bos mafia dan detektif  dalam menangkap pembunuh berantai. Cerita dimulai dari polisi dengan menangani beberapa pembunuhan dengan tusukan lebih dari 5 disekujur tubuh korban yang ditemukan dalam mobil, dengan khas lecet tabrak di bamper belakang mobil, dan ada seorang detektif menduga bahwa itu adalah pembunuhan berantai meskipun disangkal oleh ketuanya. Hingga tibalah satu malam saat bos mafia nyetir sendiri, lalu tiba-tiba ada mobil ditabrak dari belakang. Lalu keluar orang yang pakai sweater hitam dan hoodie juga dipasang bawa pisau, lalu pisaunya ditusuk di perut bos mafia. Mulai saat itu, popularitas bos mafia menurun dan ia berjanji akan mencari pembunuh tersebut, maka ia memutuskan bekerja sama dengan polisi. Skor yang aku kasih 8/10.

5. Believer


Movie ini dimulai dari pengeboman pabrik pembuatan narkoba dan menewaskan banyak orang hebat. Pelakunya adalah guru lee. Polisi sangat terobsesi untuk menangkap guru lee. Dalam pencarian guru lee yang dibantu oleh seorang pemuda yang selamat dari pengeboman pabrik, polisi menemukan banyak yang mengaku sebagai guru lee dan yang polisi butuhkan adalah guru lee yang asli. Skornya 8/10, karena aku gak tau apakah guru lee akhirnya mati atau hidup.

6. Little Forest


Aku suka movie ini karena menurutku movie mengusung tema self-recognition. Hye won pulang ke kampung halamannya setelah lama merantau ke seoul. Ayahnya udah meninggal dari dia kecil, sedangkan ibunya tiba-tiba pergi saat dia SMA. Niatnya dia hanya sebentar saja di kampung, hanya untuk melepas stress karena gak lulus ujian sertifikasi guru sedangkan pacarnya lulus, tetapi lama-kelamaan dia jadi penasaran sebenarnya apa arti dari surat yang ibunya tinggalkan. Akhirnya, dia tinggal di kampung hingga 4 musim terlewati. Movie ini juga menyajikan persahabatan yang sederhana, tapi rasanya deep. Vibe yang ditampilkan juga buat adem. Skornya 10/10.

7. Villainess


Movie ini tentang perempuan yang dilatih menjadi pembunuh dari kecil di china. Saat ia dewasa, ia ke korea dengan niat mencari suaminya yang katanya dibunuh oleh satu geng mafia, jadinya dia ke korea dan membantai sekelompok penuh mafia. Skill membunuhnya keren banget. Malangnya, ia ketahuan sama polisi korsel. Polisi korea mengambilnya lalu melatihnya dan menjadi pembunuh bayaran yang bekerja untuk polisi. Skornya 10/10, karena dia kuat banget.

8. Extreme Job

Movie ini komedi banget, bercerita tentang sekelompok polisi yang mau tangkap bos mafia tetapi menyamar jadi penjual ayam goreng. Niat mereka mau jualan bohongan, eh jadinya beneran, malah viral dan pengunjungnya banyak banget. Kisah mereka lucu banget dalam jual ayam goreng dan dalam menangkap bos mafia karena setiap tokohnya punya karakter uniknya masing-maisng. Skornya 10/10.

9. Hit and Run Squad



Movie ini bercerita tentang polisi wanita yang turun jabatan karena gagal selesain kasus. Dia diturunkan kebagian kecelakan lalu lintas yang dipimpin oleh polwan hamil dan anggotanya cuma 1 orang laki-laki yang aneh. Awalnya dia kesal, tapi ada satu kecelakaan lalu lintas yang terkait dengan kasus gagalnya dulu. Semuanya jadi terkait dan akhirnya mereka berhadapan dengan pelaku kasus gagal tersebut yaitu seorang mantan pembalap yang obsesi terhadap kecepatan, yang udah banting stir jadi pembisnis sadis. Skornya 10/10/

10. More Than Family

Movie ini baru aja rilis, tapi seru. Bercerita tentang perempuan yang lagi kuliah lalu hamil. Pacarnya masih SMA ingin bertanggung jawab. Perempuan ini baru bilang ke orang tuanya setelah kehamilan 5 bulan. Ibu kandung dan Ayah tirinya pusing mikirin dia. Dia memutuskan untuk pulang kampung nyari ayah biologisnya, tapi setelah dapat, ga sesuai dengan ekspektasinya. Balik lagi ke kota, dia masih belum dapat yang mau dicarinya. Setelah sekian kejadian terjadi barulah dia dapat yang dia takutkan. yaitu dia takut gagal dalam pernikahan dan dia dapat jawabannya dari Ibunya. Skornya 10/10.


Tuesday, December 8, 2020

Ketika Hilang

 


Ehmm. Sebelum kita mulai, aku mau nanya sesuatu sama kalian. Bagaimana kabar kalian hari ini? apakah kalian punya cerita untuk dibagikan? Ini pertanyaan yang biasa saja, tapi untukku ini luar biasa sih efeknya.

Hari ini cuaca di tempatku cukup terang. Aku tidak perlu bawa sendal jepit atau payung dalam tasku kalau mau pergi-pergi. Tapi aku sedang tidak ingin pergi-pergi, maunya di rumah aja. Di antara hari hari yang cerah, kalian merasa ga sih ternyata kalian banyak kehilangan?

Semua orang benci kata ‘hilang’. Mau itu ‘hilang’ hal kecil ataupun besar. Setiap dari kita pernah merasakannya mau itu di masa lalu ataupun nanti di masa depan. ‘hilang’ bisa muncul saat kita sadar ataupun tidak sadar. Walaupun beda cara munculnya, tapi sama-sama bikin sesak di dada.

Minggu ini aku merasa rakyat Indonesia sedang mendapat banyak kabar buruk, karena kasus positif coronavirus infection disease (COVID-19) di Indonesia sudah mencapai lebih dari 500 ribu jiwa. Kalian merasa ga sih? awalnya kasus COVID ditemukan di wuhan, tiongkok kemudian kasusnya bertambah terus menerus hingga mencapai ribuan jiwa lalu WHO menetapkan kalau COVID ini menjadi pandemi global dan kemudian lockdown diperlakukan secara global walaupun Indonesia agak telat, Selama masa-masa ini, pasti kalian banyak mikir sesuatu yang tidak kalian pikirkan diwaktu kalian dulu sibuk dengan kerjaan atau sekolah, dan aku tentunya juga sangat banyak berpikir, diantara banyak pikiran itu aku merasa disadarkan akan banyak hal. Aku jadi mengerti kalau segala sesuatu itu tidak dapat dipastikan hasilnya.

Contohnya ya lockdown, awalnya 2 minggu, selama 2 minggu dirumah nyusun rencana untuk dijalani nanti setelah 2 minggu lockdown, abistu lockdown diperpanjang sebulan, akhirnya rencana yang tadi udah kususun gagal untuk kujalani, abistu pemerintah memperlakukan new normal yang mana tetap aja mahasiswa kaya aku belum bisa kuliah kayak biasanya. Seenak-enaknya kuliah daring lebih enak lagi kuliah di ruang kuliah. Akhirnya, rencana yang sudah kurencanakan tidak ada satupun bisa kueksekusi. Disini aku merasa kalau ini sesuatu yang kurencanakan tetapi bukan sesuatu yang bisa kupastikan untuk kujalani. Meskipun sudah mulai dijalankan kehidupan seperti biasa, tetapi tetap aja yang hilang.

Bagi mereka yang bekerja, mereka kehilangan pekerjaan.

Bagi mereka yang keluarganya terkena COVID 19, mereka kehilangan sosok penting dalam hidup mereka.

Bagi mereka yang dokter, mereka kehilangan waktu bersama keluarganya, kehilangan percaya diri untuk bergaul dengan teman non-dokter, dan mereka juga kehilangan sejawat yang gugur dalam perang tak tampak tapi ada ini.

Bagi mereka yang sedang dalam hubungan, terpaksa kehilangan sang kekasih karena putus, tak mendapat jalan tengah akibat tak bertemu.

Bagi mereka yang dulunya sehat, hari ini telah kehilangan sehatnya.

Bagi mereka berteman lalu kehilangan sang teman karena tak satu lagi visi.

Bagi mereka yang ayah atau ibunya sakit, terpaksa kehilangan karena sang pemilik semesta telah memanggil terlebih dahulu untuk melepaskan sakitnya beliau-beliau ini.

Bagi mereka yang memiliki sang pendukung, kehilangan sang pendukung karena sang pendukung pergi untuk menjalani kehidupan mereka sendiri.

Setelah kehilangan, menurut psikiatris Elisabeth Kubler-ross, kita akan merasakan 5 tahap kesedihan (5 stages of grief).

1.      Denial (penyangkalan) : ini tahap yang terjadi setelah ‘hilang’. kita menyangkal atas apa yang telah hilang dari kita. ‘ga mungkinlah terjadi.’, ‘pasti ada yang salah ni’ atau contohnya salah seorang orang tua kita telah meninggal, kita berpikir ‘ga lah, ayah/ibuku lagi dikamar tu.’ di tahap ini juga kita menceritakan kejadian kehilangannya berulang-ulang kali sebagai salah satu cara kita untuk deal dengan trauma yang kita hadapi. Penyangkalan yang terjadi ini normal pada setiap kehilangan. Setelah selesai dengan penyangkalan ini maka emosi-emosi lain akan muncul.

 

2.      Anger (marah) : Pada tahap ini kita mulai menyalahkan orang lain, marah kepada kekasih yang meninggalkan kita, marah pada keadaan, marah kepada institusi atau marah kepada para atasan di kantor dan juga marah pada diri sendiri karena merasa tidak bisa menjaga mereka yang telah hilang dengan baik. Saat rasa marah ini datang, rasakanlah marah itu, jangan dipendam, cobalah untuk lepaskan atau ceritakan kepada mereka yang kita percaya.

 

3.  Bargaining (pengharapan/tawar menawar) : pada tahap ini, kita sudah masuk ke pengandaian, pengharapan, dan tawar menawar. Misalnya, “seandainya aja ya aku ke dokter.”, “seandainya ada aja ya aku ngaji di samping beliau tadi.”, “seandainya aja aku ga tidur.”, “seandainya aku bersikap lebih baik”. ya kita mulai berpikir kemungkinan-kemungkinan untuk menghindari kehilangan. Juga kita tawar menawar dengan Tuhan dalam doa-doa kita. Pikiran kita sudah mulai berisi “What if’s..?”. disini cobalah untuk terbuka dengan orang-orang terdekatmu, agar mereka dapat membantumu.

 

4.    Depression (depresi) : Pada tahap ini, tiba-tiba kita menyadari kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan akan kehilangan yang meruntuhkan pertahanan kita. Ruang kosong dalam diri kita terasa demikian parah dan membuat kesedihan kita menjadi dalam, lebih dalam dari yang kita pikirkan. Kita merasakan kesedihan yang intense, tidur yang berkurang, kekurangan nafsu makan, dan kehilangan motivasi. Disini depresi bukanlah tanda mental illness, ini merupakan respon terhadap kehilangan yang begitu besar.

Sambut depresi, biarkan kesedihan dan kekosongan membersihkanmu dan membantumu memahami kehilanganmu. ketika kita membiarkan diri kita merasakan depresi, maka depresi itu akan pergi setelah mencapai tujuan dalam rasa ‘hilang’mu. Oh ya, depresi disini bukan yang memiliki gangguan fungsi yang berkelanjutan dan juga bukan depresi yang disertai dengan pikiran untuk bunuh diri. Kalau depresi menganggu kamu menjalani hari-harimu atau sempat terlintas dalam benak untuk bunuh diri (suicide), segeralah untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan mental. Nah, kalau di kampung-kampung kan belum ada dokter ahli jiwa, maka cobalah ke puskesmas. As we know, puskesmas adalah garda terdepan fasilitas kesehatan di negara kita.

 

5.      Acceptance (penerimaan) : pada tahap ini kita sudah menerima kenyataan terjadi, menerima kehilangan yang terjadi kepada kita dan menerima fakta bahwa tidak ada yang dapat merubah kenyataan. Orang yang kita sayangi sudah pergi, kita terima kenyataan itu. Penerimaan disini bukan berarti baik-baik saja dengan kehilangan, tapi belajar untuk hidup berdampingan dengan ‘hilang’ itu, penerimaan agar kita lebih banyak mendapatkan hari-hari  baik.

Untuk yang penasaran lebih detail tentang 5 stages of grief, mungkin kalian bisa baca buku on grief and grieving karangan Elisabeth Kubler-Ross dan co-authornya David Kessler. “ih gimana ni aku cuma ngalami satu doang atau aku ga alami stages kok yang di atas?” Beliau juga bilang dibukunya kalau ga semua orang akan mengalami stage-stages yang aku sebutin di atas tadi, jadi ga usah anxious atau takut ketika ga mengalami stages yang di atas. karena beliau bilang juga kalau setiap orang itu unik dalam mengatasi atau menyelesaikan kesedihannya.

Nangis aja, ga usah malu. Malu karena laki-laki? alahh, ga usah mikir, memangnya laki-laki ga punya perasaan.  Malu karena anak pertama, jadi ga boleh nangis? takut tampilan kuat di hadapan adik-adik runtuh? tampilan itu sekarang ga dibutuhkan, yang dibutuhkan ya kalian mengekspresikan perasaan kalian itu. Jujur pada diri sendiri,. Kalau malu di depan khalayak ramai, silakan menyepi. Seandainya menangis memang bukan gayamu, silahkan tunjukkin sesuai inginmu yang lain. tapi, cara nunjukinnya jangan aneh-aneh ya. Untuk apa kuat diluar, tapi hancur di dalam. yang lama-lama bisa jadi boomerang untuk diri sendiri.

Dalam menghadapi ini semua, kita perlu sabar terhadap diri sendiri, jadi ga usah terlalu kepikiran kalau ada orang komentar tentang rasa ‘hilang’ atau kesedihanmu, karena setiap orang itu punya waktunya masing-masing untuk sembuh.

Bagaimana kabar kalian hari ini? apakah kalian punya cerita untuk dibagikan? karena pertanyaan ini, cikal bakal untuk aku curhat. Ini memang pertanyaan yang simple-nya besar banget. Karena menurutku dengan nanya pertanyaan ini ke orang lain atau orang lain nanya kita, kita secara gak sadar udah cerita mereka. Aku bisa menceritakan apa saja mulai dari bangun pagi hingga tidur lagi. Aku yakin pasti setiap dari kita punya cerita masing-masing. Kalian bisa menceritakan cerita kalian ke teman dekat kalian, ke keluarga kalian, ke partner kalian atau kalau kalian kurang percaya dengan orang-orang ini, kalian bisa ambil secarik kertas dan tulis disitu apapun yang kalian mau. Kenapa? karena ketika kita menceritakan apa yang kita punya mau itu sedih atau senang, rasanya lega dan beban yang kita tanggung lebih ringan. Sinonim, ehmm, persamaannya itu kayak bisul, dimana kalau bisul itu  tetap ditahan/dibiarin aja, ga mau diobatin tetap bakalan sakit nyut-nyut, nah kalau datang ke dokter di keluarin nanah kemudian diresepin obat, lega kan jadinya. Gitu juga masalah, butuh dikeluarkan.

Sunday, December 6, 2020

Insecure


Kali ini aku bakal bahas tentang 'perasaan' yang sering aku baca di media sosial. Insecure. tidak percaya diri atau semacamnya. Tahun ini umurku genap masuk ke awal 20-an, setelah aku me-review masa-masa ke belakang, ternyata aku belum merasakan insecure terhadap orang asing, teman, atau kenalan. Insecure-ku lebih terhadap keluargaku.

Pada awal umur belasan, mukaku penuh dengan jerawat, komedo, dan bintik-bintik kaya daging tumbuh di wajah (sampai sekarang masih ada). Aku sekolah kaya biasa, setiap ada yang komen, gak pernah peduli. Aku gak pernah mau peduli sama komen yang  berasal dari non-keluarga. Saat itu, aku menganggap diriku normal untuk punya jerawat sebanyak itu, kulit sekusam itu, belang segitunya, dan aku juga tau kalo wajahku tidak menarik perhatian. I know.

Tiba liburan sekolah, aku selalu menjadwalkan diriku untuk pulang kampung ke rumah masyik-ku (nenek) setiap liburan sekolah. Disana juga tinggal tanteku, "Kenapa mukanya itu? abangmu sih gak apa jerawatan begitu. Dia laki soalnya. Kamu ini perempuan, ya harus bersih dong mukanya." komen tanteku saat aku lagi bantuin dia masak. Gak tau kenapa, kata-kata beliau berhasil meruntuhkan kepedeanku.

Abangku juga berjerawat dan aku lihat dia gak ambil pusing untuk itu, jadi saat itu aku menyimpulkan kalo berjerawat bukan hal yang patut dipusingkan. Jadi waktu itu aku sangat menikmati jerawat-jerawatku. Gara-gara kata-kata beliau, runtuh semuanya. Pernah satu hari, aku dijemput pulang sekolah oleh abangku. Aku ngeluh kalo aku berjerawat dan teman-temanku juga berjerawat, dia cuma respon gini, "Setiap orang punya fasenya masing-masing. Ga apa jerawatan sekarang. mungkin nanti waktu SMA atau kuliah udah hilang."

Waktu itu, percayalah, aku menghabiskan hari-hariku hanya untuk telaah maksud dari kata-kata dia. Aku gak berani nanya balik ke abangku, takut kena omel. Gak tau kenapa, kata-kata dia nancep banget, juga di keadaan yang menyulitkanku aku selalu ingat itu sampai sekarang. "ada fase masing-masing."

Masuk SMA, aku masih bertahan dengan wajah break-outku dan wajah tidak menarik perhatianku. Saat SMA, fokusku hanya satu, yaitu belajar biar lulus ujian masuk universitas one-shot, terserah mau jurusan apapun, yang penting lulus sekali coba. 3 tahunku, gak pernah sedetikpun aku kepikiran tentang wajah atau apapun yang bikin insecure dan aku juga udah mulai skip pulang kampung setiap liburan.

Masuk ke fase kuliah, aku mulai gak nyaman sama wajahku sendiri (bukan karena orang lain, for my self) mulai coba-coba produk hingga akhirnya nemu satu klinik kecantikan dan stay disitu sampai hari ini yang syukurnya cocok di aku serta biayanya worth it di kantongku. Setelah setahun setengah di klinik tersebut, wajahku mulai baikan dan kata-kata "perempuan, ya harus bersih dong mukanya." terealisasikan. Kadang, aku juga berterimakasih dengan kata-kata yang bikin insecure karena bisa jadi acuanku untuk bangkit. but, tidak semua orang kaya aku kan ya? bisa jadi bukan bangkit malah tambah down. Kita gak tau keadaan mental seseorang, karena kita bukan dokter atau psikolog.

"Mulutmu adalah harimaumu" ntah kenapa aku suka banget sama kata-kata ini. Soalnya manifestasinya jelas banget. no debate. Mungkin orang yang ngomong, dia gak ingat lagi apa yang dikatanya, tapi bagi yang dikatainnya dan nancep dihati pasti ingat untuk waktu yang lama. Sekarang ini mungkin kita bisa jaga mulut kita sendiri agar bisa menjaga hati sendiri dan orang lain.