Wednesday, April 26, 2023

Mereka



All parents are new learner. Aku sudah setuju dengan penggalan kalimat itu. Aku punya masa-masa blaming orang tuaku, "kenapa mereka begitu? kenapa mereka begini?" yah masih banyak lagi.

Padahal, mereka itu sama dengan aku. Sebelum mereka memiliki kami (My siblings and I), mereka hanya lajang yang minim pengalaman hidup dan mereka juga sama sepertiku sekarang ini, penuh dengan ambisi-ambisi masa depan. Ketika kami ada, maka akan menjadi pengalaman pertama untuk mereka memiliki anak. Ketika kami beranjak besar, maka akan menjadi pertama kali untuk mereka menghadapi bayi, batita, toddler, remaja pubertas dengan unstable emotionally, dan dewasa muda yang sok tahu mengenai kehidupan.

Aku punya cerita. Ketika aku SMP, aku sekolah di sekolah yang pulangnya sore, jadi harus makan siang di sekolah. Saat awal-awal sekolah, mamaku berusaha untuk antar nasi atau aku akan bawa bekal double di pagi hari, satu untuk makan di jam istirahat dan satu lagi untuk makan siang. So, I have story, dulu aku iri dan merasa sangat wow saat ada orang tua yang mengantar nasi ke anaknya dan menunggui hingga anaknya ambil, nggak ditaruh di lemari penitipan seperti aku. Saat udah beberapa waktu sekolah, orang tuaku mengkatering nasi dari "Tante" sekolah, dan tau apa yang terjadi? aku tifus. Aku langganan tifus 6 bulan sekali. Uhh, aku nggak suka tifus. Tifus bikin lemas. Kalau makan sembarang, pulang-pulang aku akan nangis merengek-rengek karena kulitku gatal.  Biasanya 1 atau 2 minggu pasca sembuh dari tifus, mamaku akan antar bekal lagi. Jujur, meskipun aku nggak ditunggui halnya anak lain, aku sudah sangat senang. Moodku langsung elevated. Oh ya, dulu orang tuaku juga ada rule, no junkfood. Jadi menurutku, junkfood adalah makanan mahal. Aku akan sangat senang kalau kami sekelas delivery junkfood. Yah, meskipun nanti pas pulang, aku akan gatal-gatal. 

Ketika aku sudah di umur segini, Aku juga menyadari kalau "saat itu" my mom is worker mom dan ayahku adalah busy dad. Saat itu, mereka sedang hidup dalam cita-citanya dan My sibling and I adalah bagian dari cita-cita mereka. Oh ya, mereka juga membuat kami mengerti tentang apa yang mereka lakukan. Mereka melakukan yang terbaik pada masa itu. Ketika masa cita-cita mereka sudah berlalu seperti sekarang, mereka tetap melakukan terbaik. Ada satu yang mereka punya sekarang tapi dulu tidak punya, yaitu waktu yang luang. Sekarang, ayahku cukup banyak melakukan aktivitas di rumah setelah masa pensiunnya dimulai.

Setiap berangkat sekolah, aku akan pergi dengan Ayahku, karena sekolahku dekat kantor ayahku. Aku akan sampai ke sekolah selalu cepat, nggak pernah telat. Padahal aku juga ingin telat. Oh ya, dulu juga dengar radio setiap pagi. Oz FM, sudah lama aku tidak mendengar penyiar kecintaanku. Pas berhenti traffic light, ayahku akan beli koran seharga 2 ribu dan aku akan baca judul headline pagi itu. Mamaku? selalu punya cerita mengenai murid-muridnya. Beberapa murid mamaku menjadi temanku dan menurut mereka, mamaku keren. Aku punya teman, yang dia adalah murid mamaku semasa sekolah dasar, dan awalnya, aku cukup kesal karena mereka selalu menceritakan mamaku. Saat ini, aku cukup senang saat mereka kembali mengulang cerita itu. Padahal, aku sudah mengingat runtutan cerita yang mereka ceritakan.

Aku melihat orang tuaku sebagai sosok yang terus belajar. Aku suka cerita apa saja yang terjadi denganku, dengan kuliahku, ya almost everything lah. Aku juga tahu kadang mereka kurang paham dengan bahan ceritaku itu, and you know? orang tuaku berusaha untuk mencari tau dan berusaha untuk mengerti. Internet hit everything. Mereka browsing dan mereka berusaha untuk mengerti, maka jadilah mereka mengerti. Aku sangat tersanjung dengan itu. 

Sekarang, saat sudah memasuki usia dewasa muda begini, aku sangat bersyukur memiliki mereka. Mereka sangat suportif di setiap langkah-langkah yang kujalani. Setiap ada kegagalan yang merintangi jalanku, mereka cukup mengerti alasan-alasan kegagalan itu terjadi dan mereka cukup menahan diri untuk tidak memaksaku. 

Saat aku kehilangan kontrol terhadap diriku, mereka juga mengerti mengapa aku bisa begitu. Mereka adalah orang tua yang tidak bisa dibohongi, meskipun usia sudah melampaui setengah abad, kurasa aku lebih kurang update dari mereka. Terimakasih banyak.

Tulisan ini memang tidak rapi, apalagi indah. Aku menulis ini sebagai caraku mengungkap rasa syukur memiliki mereka.

No comments:

Post a Comment