Monday, July 13, 2020

Untuk Miss Optimistic



        Oke, kali ini aku mau certain tentang temanku yang bisa dibilang dia ini beda banget. Dia ini punya sifat optimis dan positive thinking yang benar-benar baik menjurus ke over, tapi kadang sering buat orang lain geram sama sifat dia yang satu ini, termasuk salah satunya aku.

Kalo orang lain lihat mungkin dia itu keras kepala, tapi kalo kamu udah kenal sama dia, sebenarnya dia itu cuma bungkusannya aja “keras kepala”. Sifat optimis dan positive thinking yang dibungkus sama “keras kepala”-nya dia.

Pertamanya aku itu ga dekat sama dia, aku itu ga mudah untuk dekat sama siapapun. Aku sama dia bisa dekat karena kami bertemu di-satu projek yang mengharuskan kami selalu bersama dan bertukar pikiran 24 jam selama beberapa bulan sampai projek itu berhasil.

Projek ini betulan ga mudah, selain mengolah fisik juga mengolah emosional. Udah capek, makan hati lagi. Selama projek ini berjalan, aku sama dia kaya kembar siam yang kemana-mana berdua, untung ga saling bagi sedotan berdua. Sebenarnya makan hatinya itu lebih ke aku menghadapi dia-nya. Aku ini ga terlalu peduli sama masalah orang lain atau masalah yang ditimbulkan oleh orang lain kalo ga ada menyinggung diriku, tapi kalo udah menyinggungku maka InsyaAllah aku akan kesal dan sangat keberatan walaupun ga bertindak.

Dia dan aku ini hampir mirip yaitu sama-sama ga peka kalo kata teman-temanku yang lain. Dia ini kadang sering bilang “kamu jangan capek, biar kami aja berdarah-darah” saat kami kerjain projek kami dulu. Kami yang dimaksud dia itu “dia sendiri”.

Sungguh, 1000 persen aku kesal banget kalo dia udah mulai ngoceh ini, rasanya saat itu aku mau sumpal mulutnya saking kesalnya. Rasanya aku mau jawab, “Kalo kamu yang berdarah-darah, jadi untuk apa aku disini dipasangkan sama kamu? Buat tidur sambil ngorok aja?” aku pitam ditambah kesal banget waktu itu, dan aku patut bangga sama diriku yang cukup baik dalam mengontrol diri untuk ga meledak-ledak didepan dia.

Jujur, kalo dia udah mulai ngulang kata-kata itu, aku merasa kaya orang kena sawan, tapi aku jamin seribu persen dia ga sadar kalo aku kesal sama dia.

Dia ini baik, malah udah tahap sangat baik. Dia ini orangnya bisa dibilang sabar. Sabar dalam menghadapi kekejaman hidup di kampus kami ini dan sabar dalam menghadapi tugas-tugas yang bisa koma, yang penting sabar. Kalo dibandingin aku sama dia, maka aku ga ada apa-apanya sama dia.

Tapi, walaupun gitu, aku suka kok berteman sama dia, orang yang ga pilih-pilih, selo aja, dan juga mengajarkan untuk selalu positive thinking dan optimis. Oh ya, kalau kamu dekat sama dia, dia bakalan kasih kamu hal yang ga akan kamu dapatkan dari teman lain.

Mau tahu? Tenang bro, bakalan aku kasih tau. Dia bakalan ajarin kamu untuk lihat suatu masalah dari sudut pandang yang beda, sudut pandang yang benar-benar membuat kamu ga sempat berpikir untuk maki orang yang masalah tersebut.

Contohnya, ada seorang teman kamu yang kalo ngomong itu nyelekit gila dan hobi banget buat masalah sama siapapun dan kena imbasnya ke kamu. Maka, si dia ini bakalan minta kamu atau lebih ke ajarin kamu untuk mikir “mungkin si teman itu hanya salah ngomong dan ga sengaja, mungkin si teman itu cuma niat bercanda aja eh tapinya orang pikir cari gara-gara, sabar.” Begitulah kira-kira.

Dia ini juga tetap pendirian dan bakalan mengwujudkan pendirian itu. Ini sebenarnya bikin kesal, dia ini ga bisa kita larang orangnya, jadi ya ga ada cara lain, selain biarin aja. Nanti kalo udah sakit, maka dia bakalan berhenti sendiri. Kadang-kadang kita cukup butuh energi untuk menyadarkan dia kalo pendiriannya itu salah, butuh teori-teori yang mendukung untuk jelasan ke dia, serta butuh banyak energi untuk otot mulut biar ga cepat capek ngoceh ke dia.

Dia ini juga rapuh, hatinya lembut banget. Bakalan nangis kalo kita bentak sekali aja atau nada bicara kita agak naik nadanya, dipastikan mata dia udah langsung merah dan jadinya kita sendiri yang merasa bersalah. Dia ini ga bakalan nangis didepan orang yang membentaknya, harga dirinya tinggi banget, lebih tinggi dari burj khalifa, dia itu bakalan nangis nanti dikamarnya atau waktu orang yang bentak dia pergi.

Aku itu ga suka orang cengeng ataupun orang nangis, jadi kalo dia udah mulai melankonis, maka ini sangat memusingkan untuk aku sendiri. Mau suruh diam, ga mungkin. Sumpal mulutnya, itu terlalu kejam. Jadi aku pasti bakalan nasehatin dia dengan kata-kata motivasi dari buku-buku yang kubaca.

Begitulah cerita tentang dia, kalo kita cerita lagi, maka ga ada habis-habisnya. Dia ini seru pokoknya. Terimakasih juga untuk dia yang sudah tahan dengan diriku yang masih penuh dengan kekurangan dan semoga dia ga baca tulisan ini serta kalo dia baca, semoga dia ga sadar aku lagi cerita tentang dia.


No comments:

Post a Comment