Kalo orang lain lihat mungkin dia
itu keras kepala, tapi kalo kamu udah kenal sama dia, sebenarnya dia itu cuma
bungkusannya aja “keras kepala”. Sifat optimis dan positive thinking yang dibungkus sama “keras kepala”-nya dia.
Pertamanya aku itu ga dekat sama
dia, aku itu ga mudah untuk dekat sama siapapun. Aku sama dia bisa dekat karena
kami bertemu di-satu projek yang mengharuskan kami selalu bersama dan bertukar pikiran
24 jam selama beberapa bulan sampai projek itu berhasil.
Projek ini betulan ga mudah,
selain mengolah fisik juga mengolah emosional. Udah capek, makan hati lagi. Selama
projek ini berjalan, aku sama dia kaya kembar siam yang kemana-mana berdua,
untung ga saling bagi sedotan berdua. Sebenarnya makan hatinya itu lebih ke aku
menghadapi dia-nya. Aku ini ga terlalu peduli sama masalah orang lain atau
masalah yang ditimbulkan oleh orang lain kalo ga ada menyinggung diriku, tapi
kalo udah menyinggungku maka InsyaAllah aku akan kesal dan sangat keberatan walaupun
ga bertindak.
Dia dan aku ini hampir mirip yaitu
sama-sama ga peka kalo kata teman-temanku yang lain. Dia ini kadang sering bilang
“kamu jangan capek, biar kami aja berdarah-darah” saat kami kerjain projek kami
dulu. Kami yang dimaksud dia itu “dia sendiri”.
Sungguh, 1000 persen aku kesal banget
kalo dia udah mulai ngoceh ini, rasanya saat itu aku mau sumpal mulutnya saking
kesalnya. Rasanya aku mau jawab, “Kalo kamu yang berdarah-darah, jadi untuk apa
aku disini dipasangkan sama kamu? Buat tidur sambil ngorok aja?” aku pitam
ditambah kesal banget waktu itu, dan aku patut bangga sama diriku yang cukup
baik dalam mengontrol diri untuk ga meledak-ledak didepan dia.
Jujur, kalo dia udah mulai ngulang
kata-kata itu, aku merasa kaya orang kena sawan, tapi aku jamin seribu persen
dia ga sadar kalo aku kesal sama dia.
Dia ini baik, malah udah tahap
sangat baik. Dia ini orangnya bisa dibilang sabar. Sabar dalam menghadapi
kekejaman hidup di kampus kami ini dan sabar dalam menghadapi tugas-tugas yang
bisa koma, yang penting sabar. Kalo dibandingin aku sama dia, maka aku ga ada
apa-apanya sama dia.
Tapi, walaupun gitu, aku suka kok
berteman sama dia, orang yang ga pilih-pilih, selo aja, dan juga mengajarkan
untuk selalu positive thinking dan optimis. Oh ya, kalau kamu dekat sama
dia, dia bakalan kasih kamu hal yang ga akan kamu dapatkan dari teman lain.
Mau tahu? Tenang bro, bakalan aku kasih tau. Dia bakalan
ajarin kamu untuk lihat suatu masalah dari sudut pandang yang beda, sudut
pandang yang benar-benar membuat kamu ga sempat berpikir untuk maki orang yang masalah
tersebut.
Contohnya, ada seorang teman kamu
yang kalo ngomong itu nyelekit gila dan hobi banget buat masalah sama siapapun
dan kena imbasnya ke kamu. Maka, si dia ini bakalan minta kamu atau lebih ke
ajarin kamu untuk mikir “mungkin si teman itu hanya salah ngomong dan ga
sengaja, mungkin si teman itu cuma niat bercanda aja eh tapinya orang pikir cari
gara-gara, sabar.” Begitulah kira-kira.
Dia ini juga tetap pendirian dan bakalan
mengwujudkan pendirian itu. Ini sebenarnya bikin kesal, dia ini ga bisa kita
larang orangnya, jadi ya ga ada cara lain, selain biarin aja. Nanti kalo udah
sakit, maka dia bakalan berhenti sendiri. Kadang-kadang kita cukup butuh energi
untuk menyadarkan dia kalo pendiriannya itu salah, butuh teori-teori yang mendukung
untuk jelasan ke dia, serta butuh banyak energi untuk otot mulut biar ga cepat
capek ngoceh ke dia.
Dia ini juga rapuh, hatinya lembut
banget. Bakalan nangis kalo kita bentak sekali aja atau nada bicara kita agak
naik nadanya, dipastikan mata dia udah langsung merah dan jadinya kita sendiri
yang merasa bersalah. Dia ini ga bakalan nangis didepan orang yang
membentaknya, harga dirinya tinggi banget, lebih tinggi dari burj khalifa, dia
itu bakalan nangis nanti dikamarnya atau waktu orang yang bentak dia pergi.
Aku itu ga suka orang cengeng
ataupun orang nangis, jadi kalo dia udah mulai melankonis, maka ini sangat
memusingkan untuk aku sendiri. Mau suruh diam, ga mungkin. Sumpal mulutnya, itu
terlalu kejam. Jadi aku pasti bakalan nasehatin dia dengan kata-kata motivasi dari
buku-buku yang kubaca.
Begitulah cerita tentang dia, kalo
kita cerita lagi, maka ga ada habis-habisnya. Dia ini seru pokoknya. Terimakasih
juga untuk dia yang sudah tahan dengan diriku yang masih penuh dengan
kekurangan dan semoga dia ga baca tulisan ini serta kalo dia baca, semoga dia
ga sadar aku lagi cerita tentang dia.
No comments:
Post a Comment