Masalahnya, aku ga yakin akan dikasih izin atau ga sama
orang tuaku, trip ini berisiko. Aku perempuan dan bakalan trip
bareng perempuan juga dan satu-satunya yang pernah berkendara jarak jauh
sendirian itu cuma aku (mungkin orang ini udah juga, cuma aku aja ga tau.
Wkwkwkwk). Secara ga langsung, aku jadi penunjuk (sori, tingkat
kepedeanku memang semeningkat itu). Di jalanan nantinya juga ga tau bakalan
ada apa aja. Jujur aja, kalo betulan dikasih izin aku betulan excited
untuk ini!
Sekarang ini aku lagi mikir
strategi yang cocok saat minta izin sehingga bisa dikasih izin ikut trip.
Ya Allah, tolong hamba, bolak-balik lah hati orang tua hamba agar diizinkan
untuk ikut trip ini. Aamiin (kalian yang baca ini, tolong aamiin-kan
juga ya).
***
Akhirnya, orang tuaku ga mengizinkan. Setelah sekian perjuangan yang kulakukan untuk perizinan, orang tuaku tetap tidak mengubah keputusan mereka. Mereka tetap tidak mengizinkan.
“Mak, tolong kasih izin. Kakak udah stress
hidup di sini, otak kakak rasanya mau pecah.” Kataku dengan raut muka
kusedih-sedihkann.
“Ga. Sekali ga ya ga.” Jawab Mak-ku.
Aku ga terima dong ya. Aku
merasa diriku ini udah dewasa, jadi boleh dong pergi-pergi. Percobaan 1 gagal.
Aku baru siap yudisium beberapa hari sebelum tragedi ini. Jadi mak-nya gang-ku
nanya ke mak-ku. “Buk, ga ikut ke bireun dianya?” sebenarnya pertanyaan ini
bikin aku takut. Takut mak-ku bakalan merepet disitu.
“Ga buk. Ga ikut dianya.” Mak-ku jawab. Percobaan 2 gagal.
Pulang
yudisium. Aku berusaha lagi untuk minta lagi Mak-ku. Oh god, mak-ku tetap
ga kasih. Kesal sih iya, tapi ya gimana ya. Aku tahu kalo segala sesuatu yang
ga dikasih sama orang tua itu, pasti orang tua kita udah menilai baik dan
buruknya, mungkin saja banyak buruknya. Percobaan 3 gagal.
Oke, I am done. Selamat tinggal buat trip seru
ke bireun!
No comments:
Post a Comment