Sebagaimana udah diketahui oleh khalayak ramai dan seluruh
umat muslim, yang muslim juga sudah merayakannya tanggal 30 juli 2020 kemarin yaitu
hari raya idul adha 1441 H. Hari raya yang masih saja dalam suasana corona
menyerang. Hari raya yang banyak dihabiskan di rumah saja dan berbincang hal secara
acak bersama keluarga.
Aku baca di berita kalau tahun ini jamaah sangat sedikit
yang ke mekkah untuk melakukan ibadah haji, ya sekitar 1000 orang dan mereka
adalah yang sudah tinggal di sana bukan dari luar arab. Menurutku, mereka
adalah orang-orang yang sangat beruntung yang diberikan kesempatan oleh Yang
Maha Kuasa untuk beribadah, ga semua orang loh bisa, yang biasanya jutaan, tapi
tahun ini cuma 1000 jiwa doang dan juga mereka yang bisa shalat 5 waktu di
mesjidil haram juga sangat beruntung.
Setiap tahunnya biasa ada aja hadiah yang kudapat dari
saudara atau teman orang tuaku pulang haji atau umrah, tahun ini ga ada atau
keluhan teman-temanku yang repot harus tinggal bareng adik-adiknya atau
kakaknya karena ditinggal haji orang tua mereka. Aku dulu masih berpikir kalau
hadiah-hadiah itu memang dari Saudi arabia dan aku baru tahu kalau oleh-oleh
itu mereka beli bisa di turki atau tanah abang jakarta. Sebenarnya, aku ga memandang
hadiah itu negatif, malah positif banget, ya karena hadiah itu aku jadi pingin
naik haji juga suatu nanti.
Ngomong tentang hari raya haji, kami sekeluarga gak pulang
kampung tahun ini. Kami semua merayakan hari pertama hari raya di Banda aceh,
kecuali ya Abang keduaku yang lagi kerja di Bangka Belitung. Dia gak bisa
pulang, karena pandemi ini kalau mau pulang pun repot banget alurnya. Jadi, dia
decided untuk gak pulang. It’s fine, dia tiap malam kok vidcall
bareng makku dan waktu hari raya kemarin, pagi siap shalat ied, dia langsung vidcall
mak. Melihat mesranya pembincangan antara mak dan abang keduaku hampir tiap
malam, aku jadi yakin kalau teknologi itu membawa yang jauh menjadi dekat.
Kami gak pulang kampung tahun ini karena hari tasyrik ke-2
makku akan berqurban, daripada bolak-balik banda aceh-kampung ya lebih baik stand
by di sini aja. Hari raya kemarin kami gak ada bundaku yang paling jago
masak, serius beliau ini jago banget masak. Goreng telor aja enak banget
jadinya, kayak memang sudah ditakdirkan untuk buat masakan enak deh. Makku kurang
jago masak cuma Ayahku kemarin itu beli nasi lontong yang udah jadi, so
kami tinggal masukin penanak nasi aja biar hangat. Kalau untuk kuah lontongnya,
adik pertamaku coba-coba buat bermodalkan resep dari internet. Jadi deh, lontong
plus kuah hari raya yang imperfect. Oh ya, di pagi hari raya selepas pulang
shalat ied aku juga buat spaghetti bermodalkan resep internet modifikasi
aku dan jadi deh makan di pagi hari raya yang menu makanannya aneh dari
biasanya. Kenapa gak buat sebelum shalat ied? ya karena kan sunah berpuasa sebelum
shalat kalau hari raya idul adha, kalau kami buatnya saat itu pasti ada icip-icip
begitu.
Meskipun bagi sebagian orang hari raya dengan situasi
begini itu gak enak, bikin deg-deg, atau apalah tapi buatku ini adalah hari
raya yang istimewa. Why? keluarga kami itu jarang dalam formasi lengkap
kalau udah hari raya. COVID 19 setelah aku pikir-pikir ada positifnya juga, ya formasi
keluarga jadi lengkap minus satu. Misalnya hari raya biasanya, orang tuaku pulang kampung, pasti salah seorang abangku ada yang
tinggal di banda aceh untuk jagain rumah biar gak masuk maling. ya, soalnya negara
kita belum se-aman itu untuk tinggalin rumah dalam keadaan kosong. Makanya aku
bilang hari raya adalah istimewa karena kami lengkap semua.
Kan enak juga di kampung ada banyak famili? yes, tentu. Di
sana juga bisa bareng keluarga besar, cerita hal yang aneh-aneh, gak
tidur-tidur karena dengarin cerita sepupu yang gak ada habis-habisnya, dan bersilaturahmi
ke rumah cek-cek (tante), ya seru. but, kadang kita perlu waktu bersama
keluarga kita sendiri. Dirumah aja, cerita-cerita dan marah-marah. Kita butuh
itu. Selepas shalat ied, abistu salaman sama orang tua (kami ga ada budaya
sungkeman) lalu makan sampai kenyang, lalu nonton, asli yang begini ni seru
banget, seperti aku balik ke masa-masa SD atau SMP gitu.
Walaupun hari kedua, aku yang pulang ke kampung. Gak jauh kok
kampung kami, pakai mobil cuma 5-6 jam, kalau kayak
aku yang pakai motor, 4 jam sampai kok. Sebenarnya waktu aku pulang kampung
kemarin, aku rada-rada takut juga walaupun udah diberlakukan new normal.
Banda aceh ini menjadi zona merah untuk kasus COVID di Aceh dan kampungku itu
zona hijau di Aceh. Aku takut jadi carrier buat mereka. Aku ga tau aku kena atau gak dan walaupun kena bisa
jadi aku tetap kayak biasanya tanpa gejala karena aku muda dan mungkin
imunitas tubuhku lebih kuat dari mereka yang lansia. Seandainya aku menjadi carrier,
mereka yang dikampung bisa jadi tertular. Syukurnya, hingga hari ini mereka
baik-baik saja.
No comments:
Post a Comment