Wednesday, November 2, 2022

Harap


 Teman-temanku sudah menyelesaikan ujiannya. Dua dari lima teman dekatku ikut juga. Aku senang. Mereka bekerja keras untuk itu, jalan yang mereka tempuh sangat berliku. Jangan lupa untuk berterimakasih kepada diri kalian sendiri, teman.

Terimakasih sudah mengingatku dengan mengirimkan pesan pribadi kepadaku sebelum kalian ujian, aku sangat tersipu sekaligus terharu. Aku tentunya tidak memiliki keberanian untuk menyapa kalian terlebih dahulu, segan rasanya, dan aku rasa sudah memalukan mengeluhkan lelahnya perkoasan dengan kalian. Mungkin ditelinga kalian apa yang kukeluhkan hanyalah dongeng-dongeng yang sudah kalian lewati. Jadi, terimakasih sudah membuka pembicaraan denganku.

Aku turut senang melihat postingan euforia kalian di sosial media. Hatiku memang terasa tersentil saat melihatnya, tapi itu hanyalah perasaan pribadiku saja yang akhirnya kubagikan di laman pribadiku ini. Setengah diriku menyalahkan diriku, "mengapa aku tidak bisa secepat kalian?", tapi setengahnya lagi berteriak, "Ini bukan kamu yang lamban, Tuhan hanya terlalu menyayangimu dengan memantaskanmu sedikit lebih lama dari teman-temanmu."

Aku tahu yang seharusnya kulakukan, yaitu menonaktifkan sosial media agar tidak mengetahui apapun sehingga aku tidak perlu bersedih begini. Aku tidak perlu iri seperti ini. Aku tidak perlu sentimentil begini. Sekarang karena tanganku yang tidak bisa diam, aku jadi menggalau begini.

Ya Tuhan, kuatkanku dalam perjalanan ini, berikanlah pikiran yang jernih untuk menghadapi ini, bersihkan hatiku dari kedengkian terhadap yang hal tidak jelas ini.

Mereka tidak salah, yang salah itu aku karena tidak bisa menahan diri. Mereka hanya mengapresiasi diri, sedangkan aku tidak bisa menjaga mataku sehingga bisa melihatnya, lalu bersedih akibatnya. Ya Tuhan, aku berserah diri padamu.

No comments:

Post a Comment